Pernikahan dini masih saja menjadi persoalan yang belum bisa teratasi dengan tuntas di Indonesia. Meski bukan menjadi kasus besar yang harus segera dirampungkan seperti persoalan kemiskinan dan kebodohan, tapi kasus pernikahan dini patut mendapatkan perhatian khusus agar tidak semakin merebak. Gubernur sehari NTT, Sarah Wilhelmina Lenggu, dalam rapat bersama OPD (Organisasi Perangkat Daerah) sehari pada Selasa (03/10/2017) membahas tentang pencegahan perkawinan usia anak.
Seperti dilansir dari regional.kompas.com, Sarah dalam rapatnya mengatakan, ”Kasus kematian ibu dan anak yang tinggi akibat pernikahan di usia anak. Pernikahan usia anak di NTT sangat tinggi, karena itu kita harus menanggapinya secara serius.” Menurutnya, kunci awal pencegahan pernikahan di usia anak yakni dari keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggal. “Harus ada pembinaan dari orangtua dan keluarga sehingga anak bisa memiliki karakter yang baik. Lingkungan juga harus menghargai hak-hak anak perempuan,” tuturnya.
Sarah sendiri adalah siswa kelas III SMA Negeri I Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang resmi dilantik menjadi Gubernur sehari NTT. Pimpinan OPD pun berasal dari remaja putra-putri berusia belasan tahun dari lima kabupaten dan satu kota. Rapat sehari ini digelar dalam rangka Hari Anak Perempuan Internasional, yang menjadi agenda tetap PBB setiap tanggal 11 Oktober. Oleh karena itu, Sarah mengangkat tema pernikahan dini yang dianggap dapat mengancam masa depan anak-anak perempuan Indonesia.
Menurunkan pesan pencegahan pernikahan dini kepada masyarakat memang bukanlah hal yang mudah. Namun menurut tim Pendidikan.id, portal online yang peduli pendidikan Indonesia, menyampaikan pesan melalui Komik Pendidikan bisa menjadi pendekatan yang efektif. Maka sebagai bentuk dukungan Pendidikan.id pada pemerintah untuk memerangi pernikahan dini, Pendididkan.id menerbitkan komik berjudul ‘Sekolah? Yes! Nikah Muda? No way!’ Nita Koestomo, koordinator tim komik Pendidikan.id mengungkapkan, ini sekaligus untuk menyambut Hari Anak Perempuan Internasional.
Komik ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang bersemangat sekolah, namun ayahnya berniat akan menjodohkannya dalam waktu dekat. Anak perempuan itu menangis dan merasa tertekan, hingga orang tua temannya datang untuk membantu menjelaskan pada sang ayah. Mereka menjelaskan pada sang ayah berbagai dampak negatif menikahkan anak di usia dini, baik bagi korban ataupun janin yang akan dikandungnya.
“Pernikahan dini memiliki dampak negatif ganda, dari sisi kesehatan dan psikologis. Keduanya juga dapat menyerang dua jiwa sekaligus, yakni ibu dan janinnya. Ini karena faktor fisik maupun psikologis sang ibu belum siap menerima proses kehamilan dan berumah tangga,” tutur Nita. Ia berharap, komik ini dimaksudkan untuk mengedukasi anak-anak perempuan serta yang membacanya. Tidak hanya anak-anak, tapi juga para orang tua agar menyadari bahaya-bahaya pernikahan dini.
Ia mengatakan, cerita komik dibuat sangat sederhana, tapi dengan pesan-pesan yang jelas dan mengena. “Gambar-gambarnya juga didesain agar menarik dibaca bagi anak usia sekolah. Sehingga harapannya, komik ini dapat berfungsi efektif untuk mencegah peningkatan kasus pernikahan dini di Indonesia. Seperti yang dikatakan Gubernur sehari NTT Sarah, di mana kasus kematian ibu dan anak tinggi disebabkan karena pernikahan usia anak,” ucapnya. (wr/ed: Lia)
news & pict’s source: http://regional.kompas.com/read/2017/10/04/06013291/cegah-perkawinan-usia-anak-ala-gubernur-sarah