Atiko, SS., MMPd berhasil meraih juara 2 dalam ajang Apresiasi Guru Surabaya 2017, kategori Lomba Karya Inovatif Media Pembelajaran Rumpun Bahasa Jenjang SMP. Lomba tersebut diadakan setiap tahunnya oleh Dispendik (Dinas Pendidikan) Kota Surabaya. Atiko guru Bahasa Inggris SMPN 17 Surabaya harus bersaing dengan 35 guru SMP se-Surabaya lainnya, untuk menampilkan karya media pembelajaran yang efektif dan menarik bagi siswa. Jumlah 35 guru tersebut sudah merupakan hasil seleksi ketat juri administrasi, dari yang sebelumnya mencapai ratusan pendaftar. Kompetisi final dilaksanakan pada bulan November 2017 di Arif Rahman Hakim Convention Hall Surabaya.
Media pembelajaran karya Atiko yang membawanya kepada predikat juara ia namakan sebagai “Flash Card dari Piringan CD Bekas.” Seperti namanya, media tersebut memang terbuat dari piringan CD bekas. Dengan sedikit kreativitas, piringan-piringan tak terpakai itu pun bisa berfungsi untuk alat belajar yang menyenangkan bagi siswa. Cara membuatnya mudah, hanya dengan menggunting sebagian piringan sementara sebagian lainnya dibiarkan utuh. Tempelkan kertas soal dan jawaban berbentuk CD pada piringan-piringan tersebut sehingga menjadi flash card. Lalu tempelkan sebagian flash card pada selembar karton berukuran lebar, sementara flash card lainnya untuk dibagikan kepada para siswa.
Kriteria pemenang lomba dinilai dari beberapa aspek, di antaranya yaitu efisiensi harga produksi, kreativitas dan efektivitas pada proses pembelajaran. “Harga produksi media pembelajaran harus murah, agar siswa dan guru semua kalangan juga dapat menerapkannya dengan mudah. Produk yang diciptakan juga harus kreatif dan bukan hasil plagiasi. Penilaian tentu akan tinggi apabila produknya benar-benar baru, belum ada yang memiliki ide serupa sebelumnya,” jelas wanita yang telah mengajar selama 18 tahun ini.
Poin lainnya yaitu seberapa efektif media tersebut jika diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Sebelum mengikutsertakan karyanya pada lomba, Atiko telah beberapa kali menguji efektivitasnya pada pembelajaran di kelas saat ia mengajar. Ia menerapkan media pembelajaran “Flash Card dari Piringan CD Bekas” pada beberapa kompetensi dasar, salah satunya yaitu kompetensi dasar menyaring pesan dalam lagu-lagu berbahasa inggris. Bahkan bersama tim Pendidikan.id, ia juga membuat proses pembelajaran itu jadi sebuah video pendidikan yang bisa ditonton dan dipelajari pula oleh semua siswa di Indonesia.
Dalam video tersebut, kegiatan belajar-mengajar terlihat sangat menyenangkan. Anak-anak terlihat enjoy berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk menebak kata yang hilang dari kalimat-kalimat soal pertanyaan, lalu menempelkan jawabannya pada papan flash card. Hal ini menunjukkan bahwa “Flash Card dari Piringan CD Bekas” karya Atiko mampu menjadi media pembelajaran yang efektif bagi siswa-siswi. “Alatnya simpel, namun bisa jadi permainan yang menarik bagi anak-anak agar tidak bosan karena selalu berhadapan dengan buku saja,” ucap Atiko dalam sesi wawancara dengan Pendidikan.id.
Prestasi Atiko tidak berhenti sampai di situ. Ia ingin terus menciptakan media pembelajaran yang menarik untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Pada bulan Juli 2018, ia meluncurkan sebuah buku berjudul “Mudah Membuat Media Pembelajaran,” yang memuat hasil karyanya sekaligus tips membuat media pembelajaran bagi para guru. Ia juga tetap aktif menampilkan keseruan belajar dengan media pembelajaran kreatif di kelasnya ke dalam video pendidikan (VIPI).
Menurutnya video-video pendidikan yang ia kerjakan bersama Pendidikan itu, dapat menjadi salah satu media baginya untuk menyampaikan materi belajar kepada siswa di Indonesia secara lebih menyeluruh. “Sehingga saya bisa memberikan tips media pembelajaran kepada guru di seluruh Indonesia secara langsung, sekaligus mengajarkan materi yang lebih mudah dimengerti bagi siswa di seluruh Indonesia pula,” katanya.
Mengenai ciri media pembelajaran yang efektif, Atiko menjelaskan bahwa rupa media pembelajaran haruslah menarik, mudah dimengerti dan bersifat hidup. “Bersifat hidup yang dimaksud yaitu orang lain tanpa dijelaskan dulu pun sudah bisa memahami cara jalan dan tujuan dari media itu. Instruksinya tergambar jelas dari fisik media pembelajaran,” tuturnya. Selain itu ia menambahkan, media pembelajaran yang baik juga harus bisa digunakan untuk belajar secara lengkap, alias satu paket materi yang terdiri dari listening, speaking, reading dan writing. (wr: lia)