Teknologi membuat segalanya serba cepat. Komunikasi, transaksi hingga mendapatkan informasi berkali-kali lebih cepat dari cara konvensionalnya. Bayangkan jika kita menerapkan teknologi pada proses pendidikan! Proses pembelajaran akan lebih cepat maju secara merata! Mengapa demikian?
Eka Ananda Kepala Sesi Kurikulum SMA Dinas Pendidikan Jatim menjawab, sekolah jenjang SD sampai dengan  SMA di seluruh Indonesia jumlahnya hampir mencapai angka 200.000. Semuanya tersebar luas di seluruh daerah di pulau-pulau Indonesia. Jika tujuan kita memajukan pendidikan di tingkat kota yang jumlah sekolahnya hanya ratusan saja, tentu itu mudah. Namun akan menjadi sangat sulit ketika kita menaikkan level ke tingkat provinsi apalagi nasional.
Permasalahannya ada pada kecepatan penyelarasan akses dan sistem pendidikan. Ilmu pengetahuan itu dinamis, cepat sekali berubah seiring munculnya hasil penelitian-penelitian terbaru. Penggunaan buku cetak tentu saja membutuhkan banyak waktu. Setelah direvisi, harus dicetak dalam jumlah besar lalu dikirimkan ke masing-masing daerah. Proses yang lama, bukan?
Namun melalui teknologi, perubahannya akan luar biasa dahsyat! Sebagai contoh, melalui aplikasi KIPIN Mobile. Setiap kali ada pembaruan konten pendidikan, hanya diperlukan satu langkah cepat saja untuk menyampaikannya ke seluruh partisipan pendidikan. Revisi, input data lalu mengunggahnya ke aplikasi. Puluhan juta guru dan siswa di Indonesia yang telah menggunakan KIPIN Mobile pun langsung bisa memperbarui pembelajaran mereka.
Memang, zaman digital sangat rentan akan terjadinya perubahan dan kebosanan. Ilmu pengetahuan dan teknologi bergulir dengan sangat cepat. Oleh karena itu, moda dan konten pendidikan juga harus lari beriringan. Jika konten (ilmu pengetahuan) diperbarui, maka moda (perangkat yang digunakan untuk mengakses ilmu pengetahuan) pun harus diperbarui. Begitu juga sebaliknya.
Bahkan menurut Eka, bukan tidak mungkin jika esok digitalisasi benar-benar akan merasuk ke dalam jiwa pendidikan. Ia menggambarkan para siswa di kemudian hari akan pergi ke sekolah dengan hanya membawa gadget (tablet/laptop). Lebih efisien, tidak perlu membawa banyak buku. Buku paket, tulis, referensi hingga latihan soal ada dalam satu genggaman. Di saat itulah, fungsi guru sebagai SDM juga harus diperbarui. Jangan lagi fokus memberikan pelajaran, melainkan lebih fokus membangun karakter dan soft skill siswa agar lebih berkualitas.
Jika moda, konten dan SDM pendidikan telah mengambil perannya masing-masing, maka kemajuan pendidikan yang merata pasti bisa tercapai. Kapan? Ini bergantung pada kita. Apakah kita mau mempercepat atau justru memperlambat datangnya perubahan itu?
Narasumber: Eka Ananda Budi, S.H., M.Si. (Kepala Sesi Kurikulum SMA Dinas Pendidikan Jawa Timur)
Wr/ed: Lia, pendidikan.id.