Anak usia prasekolah ibarat kertas kosong yang siap diisi dengan berbagai tulisan dan coretan. Ungkapan ini sudah umum terdengar, namun belum semua masyarakat sadar akan makna lebih dalam yang tersirat. Anak usia prasekolah mampu merekam apa saja yang diterima, termasuk pelajaran, pengajaran dan pengalaman. Ini berarti, keluarga dan taman kanak-kanak tempat mereka bernaung harus siap memberikan pelajaran atau pengajaran yang tepat. Keluarga dan taman kanak-kanak sangat berperan dalam pembentukan karakter serta pendidikan anak di masa depan.
Melihat pentingnya masa-masa prasekolah bagi pembentukan diri anak ke depannya, maka pendidikan karakter memang harus lebih menonjol ketimbang calistung (baca, tulis dan hitung). Teori calistung bisa didapatkan di bangku sekolah tahun ajaran berikutnya, namun karakter anak harus dibentuk sejak dini agar tidak salah arah dan susah untuk kembali. Menanamkan pemahaman dan karakter-karakter yang baik hingga menjadi kebiasaan dan gaya hidup anak-anak, selagi memori mereka masih bersih.
Sesjen Kemendikbud, Didik Suhardi, pun mengatakan (16/12/2019) bahwa pendidikan karakter haruslah ditekankan pada Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD. Menurut Didik, PAUD merupakan tempat bermain sekaligus belajar bersosialisasi secara langsung dengan sesamanya. Selama proses bermain dan bersosialisasi inilah seharusnya para praktisi PAUD menyelipkan pendidikan karakter sejak dini. Bukan berarti bahwa anak prasekolah tidak diajarkan calistung, melainkan sekolah harus lebih menitikberatkan pada pendidikan karakter dan pengenalan pengetahuan akan benda-benda di sekitarnya.
Tuntunan guru PAUD dan orangtua secara praktis (nyata berupa tindakan) sangat efektif untuk diterima serta dipahami oleh anak-anak. Misal, guru mengajarkan anak-anak agar tidak membedakan teman berdasarkan fisik atau SARA. Tidak ada perlakuan istimewa atau pun diskriminasi dari guru kepada anak-anak tertentu. Karakter kompetitif dan mau bersaing juga bisa ditanamkan dengan cara memotivasi anak-anak agar menjadi juara kelas, namun juga harus disertai pemahaman bahwa juara kelas bukanlah segalanya. Guru harus memberikan apresiasi yang sama pula kepada anak-anak yang rajin, semangat, sopan, jujur dsb.
Selain tuntunan praktis dan nasihat verbal, anak-anak juga membutuhkan bahan bacaan yang mendukung pengembangan karakternya. Buku-buku prasekolah yang ringan tanpa bobot calistung yang berat, namun sarat akan pengetahuan umum dan budi pekerti. Misalnya, buku prasekolah dari Pendidikan.id dapat menjadi penuntun anak-anak untuk memiliki budi pekerti yang baik, bertindak sesuai dengan nilai moral yang benar. Menghujani anak dengan nilai-nilai moral yang benar melalui bacaan, dapat membantu pembentukan karakter anak agar lebih terarah.
Pendidikan.id menerbitkan buku-buku prasekolah dengan berbagai judul menarik, yang berfokus pada penanaman budi pekerti dan pengenalan akan dunia awal bagi anak usia 3 – 5 tahun. Isi buku dikemas secara menarik bagi anak-anak dengan gambar-gambar lucu. Meski berfokus pada budi pekerti dan pengenalan awal akan lingkungan sekitar, namun buku-buku prasekolah Pendidikan.id juga mengajarkan aspek calistung pada seri buku tertentu. Pembahasan dalam setiap buku disertai dengan latihan-latihan soal ringan untuk mengasah kemampuan anak dan mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari.
Karakter bangsa di masa depan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar usaha orangtua dan guru membangun karakter anak-anak sejak dini. Oleh karena itu, persoalan pendidikan prasekolah tidak boleh disepelehkan. Pendidikan prasekolah merupakan dasar bagi pembangunan karakter anak-anak sebelum ia masuk pada jenjang sekolah yang lebih serius. Pada jenjang SD, anak sudah mulai bergaul dengan lebih banyak teman dan mulai disibukkan dengan pelajaran yang menumpuk. Itulah sebabnya pendidikan prasekolah menjadi sangat penting sebagai fondasi pemahaman anak tentang moral baik dan buruk. (wr: lia)
Ayo, bangun karakter bangsa sejak dini melalui pendidikan prasekolah!
Koleksi buku-buku prasekolah dapat diakses di http://komik.pendidikan.id/