Upaya melindungi dan keamanan hutan merupakan unsur yang sangat penting dalam rangka pelestarian alam dan lingkungan hidup. Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan, melestarikan hutan dilakukan agar pepohonan dapat menjalankan fungsi yang ada. Fungsi dan manfaat yang diberikan hutan di antaranya, menjaga keseimbangan air tanah dan yang ada di permukaan, menjaga kesuburan lahan, ‘rumah’ bagi berbagai makhluk hidup dan hewan, serta memproduksi oksigen- seperti yang bisa kita dengar bahwa hutan menjadi paru-paru dunia.
Salah satu program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK) yaitu perhutanan sosial menjadi sebuah sistem yang mengajak masyarakat untuk turut terlibat dalam mengelola lingkungan hutan. Berdasarkan PP. 23 Tahun 2021 pasal 1 tentang Penyelenggaraan Kehutanan, masyarakat menjadi pemain utama dalam menjaga kesejahteraan, keseimbangan dan menjaga dinamika yang ada baik dari lingkungan sosial maupun budaya setempat akan lingkungan hutan.
Melalui program Perhutanan Sosial ini, pemerintah menargetkan alokasi perhutanan sosial seluas 12,7 juta Ha. Dan dalam pelaksanaannya, dibentuklah Kelompok Kerja Daerah (KKD) untuk melaksanakan pendampingan dengan tujuan melibatkan masyarakat sebagai pihak utama dan terdekat yang menjaga kelestarian hutan.
Tragedi kebakaran hutan yang sempat booming adalah kebakaran hutan dan lahan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Kebakaran ini terjadi tepatnya di bukit Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang Jawa Timur. Disebutkan oleh berbagai sumber diduga kejadian ini disebabkan akibat musim kemarau yang menyebabkan lahan menjadi kering dan terkena percikan api dari pengunjung yang membawa benda dari bahan yang mudah terbakar. Dikutip dari Republika.co.id (2023) kerugian kebakaran di kawasan Gunung Bromo ini diperkirakan mencapai lebih dari 5 miliar rupiah. Selain itu, terjadi kerusakan pipa air yang menyebabkan krisis air bagi warga sekitar.
Melalui penjabaran di atas, menjaga hutan menjadi tugas setiap individu. Hutan dan pepohonan harus dijaga, dikelola dan dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi sekarang maupun yang akan datang. Jika kita tidak menjaga dan mengelola hutan dengan bijak dan bertanggung jawab, hal ini dapat memicu terjadinya berbagai macam bencana yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian.
Pendidikan.id merupakan edutech yang mendukung pembelajaran digital untuk seluruh instansi pendidikan. Pendidikan.id menghadirkan beragam konten pembelajaran untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bukan hanya buku dan video pembelajaran, pendidikan.id juga memproduksi konten komik yang mengandung berbagai informasi, pesan moral, dan ilmu pengetahuan.
Komik literasi Pendidikan.id yang berjudul “Hutan Gundul bukan salah Ayah” menceritakan tentang Ayah Devina yang bekerja di perusahaan penyedia kayu. Devina adalah seorang murid baru di sekolahnya. Ayah Devina bekerja di perusahaan penyedia kayu untuk perabotan rumah. Saat mengetahui hal itu, teman-teman menjauhi Devina karena ayahnya dianggap sebagai penyebab hutan gundul. Suatu hari, Teman-teman mengadakan kerja kelompok di rumah Devina dan bertemu dengan ayah Devina. Ia pun menjelaskan tentang pekerjaannya dan pentingnya melestarikan hutan dan pepohonan.
Komik “Hutan Gundul bukan salah Ayah” membahas pentingnya melestarikan hutan dan pepohonan. Hidup manusia banyak bergantung pada manfaat pepohonan. Jika memang harus menebang, maka harus dimbangi dengan reboisasi. Komik ini diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk ikut menanam dan merawat tanaman atau pepohonan, dan tidak menebang pohon sembarangan.
Temukan 500+ koleksi komik literasi Kipin lainnya! Download sekarang di https://kipin.id/download.html
Info lebih lanjut tentang Kipin, kunjungi:
Website : https://kipin.id/
Email : [email protected]
WA chat only : https://wa.me/6281233601047
