Indonesia negara rawan gempa, merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah. Bahkan dalam setahun, rata-rata kejadian gempa di Indonesia mencapai 6.000 kali. Data tersebut dipaparkan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Sutopo Purwo Nugroho, dilansir dari laman liputan6.com.
Wow, angka yang luar biasa bukan? Jika satu tahun terdiri dari 360 hari, maka terhitung dalam satu hari Indonesia bisa mengalami hingga 17 kali guncangan!
Letak geografis Indonesialah yang menjadi penyebab tingginya risiko gempa bumi. Pertama, Indonesia berada pada jalur pertemuan 4 lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Hal ini menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Kedua, Indonesia memiliki deretan gunung aktif yang terbentang dari pulau Sumatera, Jawa, Bali hingga Sulawesi. Keadaan ini dapat memicu terjadinya gempa vulkanik.
Aktivitas alam memang tidak dapat dicegah. Oleh karena itu, masyarakatlah yang harus senantiasa waspada dan teredukasi tentang cara menghadapinya. Berbagai sosialisasi telah diupayakan pihak pemerintah, namun kemungkinan besar tak dapat menyentuh langsung kepada diri anak-anak. Sementara anak-anak juga membutuhkan edukasi yang tepat, agar mereka dapat sigap melindungi diri sendiri saat gempa terjadi.
Sosialisasi dari masing-masing sekolah sangat perlu, namun buku pedoman juga sangat penting. Seperti komik ‘Gempa Bumi’ yang berisi panduan tentang langkah-langkah menghadapi gempa bumi. Ada 3 jenis sikap untuk menghadapi gempa bumi, yakni sikap pra-gempa, saat gempa dan pasca-gempa.
Sikap pra-gempa untuk menyiapkan mental, fisik dan infrastruktur tempat tinggal agar tidak terjadi kerusakan parah jika terjadi gempa. Sikap saat gempa pun beragam, tergantung di mana korban sedang berada. Langkah-langkah menyelamatkan diri dari gempa saat berada di rumah, di jalan atau di dalam gedung tentu saja berbeda. Sementara sikap pasca-gempa antara lain penyembuhan fisik dan psikologis, serta memperbaiki / merombak infrastruktur untuk mengantisipasi gempa berikutnya.
Kelebihannya, sosialisasi gempa bumi tersebut dibuat semenarik mungkin dalam bentuk komik. Cerita dengan gambar yang penuh warna tentu tidak akan membosankan, justru terasa lebih seru ketika membacanya. Tips-tips yang disampaikan dengan ilustrasi pun menjadi lebih mudah dipahami dan diingat.
“Komik ini memperlengkapi anak-anak agar selalu sigap terhadap bencana gempa. Dibuat dalam bentuk komik agar menarik dan efektif, sekaligus untuk menggunakan waktu luang anak-anak sebaik mungkin. Dengan membaca komik pendidikan, waktu luang akan menjadi sangat berguna,” tutur Nita, koordinator tim komik Pendidikan.id, penerbit Komik ‘Gempa Bumi.’
Seperti himbauan Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dilansir dari tribbunnews.com, “Bahwa kita tinggal di Indonesia yang rawan gempa harus meningkatkan kesiapsiagaannya. Gempa bisa terjadi kapan saja. Gempa selalu berulang dan memiliki siklus.” Ia menggugah masyarakat dengan beberapa pertanyaan:
Apakah rumah dan bangunan kita sudah dibangun dengan konstruksi tahan gempa? Apakah kita sudah memahami apa yang harus dilakukan pada periode sebelum, saat dan pasca gempa? Apakah kita sudah rutin berlatih menghadapi gempa?
Oleh karena itu, yuk pelajari bagaimana cara-cara mengantisipasi diri dan menghadapi gempa bumi di komik pendidikan! Baca komiknya di komik.pendidikan.id !!! (wr: lia)