Seiring bangkitnya generasi Z di Indonesia, video pembelajaran mulai diperkenalkan sebagai pilihan metode belajar bagi siswa maupun mahasiswa. Selain tampilan audiovisual, salah satu aspek penting yang mempengaruhi kualitas sebuah video pembelajaran adalah kredibilitas penyampai materi. Kompetensi dan pengalaman mengenai materi yang disampaikan menjadi hal yang harus dimiliki secara expert, agar penonton dapat menerima materi yang benar dengan mudah. VPI (Video Pendidikan Indonesia) sebagai video pembelajaran siswa, sangat memperhatikan unsur kredibilitas penyaji materi. Tak heran jika hanya guru resmi dari suatu lembaga sekolah saja yang memiliki kesempatan untuk menyampaikan materi video.
Tri Eko Sulistiowati, M.Pd.I, merupakan salah satu contoh penyaji materi VPI Agama Islam tingkat SD, yang kredibilitasnya tak perlu lagi diragukan. Bagaimana tidak, ia telah bergelut dengan ilmu Agama Islam selama tidak kurang dari 31 tahun. Tri, yang biasa disapa Bu Tri oleh siswanya, memulai karir menjadi guru mengaji pada tahun 1986. Kemudian ia mengajar pelajaran Agama Islam untuk TK pada tahun 1991, dan tingkat SD pada tahun 2002. Hingga saat sesi wawancara usai shooting VPI (04/07/2017), ia masih mengabdi pada dunia pendidikan, dengan menjadi guru Agama Islam di SDN Bulak Rukem I Surabaya.
“Mengajar Agama Islam pada anak-anak TK dan SD sudah menjadi makanan saya sehari-hari selama puluhan tahun. Untuk menjadi guru anak-anak, kita harus bisa membawa pelajaran pada titik yang paling menyenangkan, agar anak-anak tidak bosan dan meninggalkan pelajaran,” ungkapnya. Pengalaman mengajar yang begitu lama membuatnya sangat luwes dan menguasai materi. Bahkan, ia terlihat santai dan enerjik meski sedang di depan kamera. Tak hanya pengalaman mengajar tatap muka, keluwesan Tri mengajar di depan kamera juga dapat dipertimbangkan sebagai suatu prestasi. Pasalnya, ia bersama sekolahnya pernah meraih juara harapan dalam lomba pembuatan video pembelajaran. Lomba tersebut diadakan oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur tingkat sekolah se-provinsi pada tahun 2015.
Beberapa penghargaan juga pernah diborong oleh ibu guru yang bertempat tinggal di kawasan Kenjeran, Surabaya Utara ini. Pada tahun 2015 ia meraih juara 1 kompetisi Kader Pemberdayaan Masyarakat tingkat Walikota Surabaya. Selanjutnya pada tahun 2016, ia kembali menyabet predikat juara pada kompetisi Kader Pembangunan yang diadakan oleh Bapemas dan KB. Lebih dari itu, Tri juga aktif menjadi penulis atau pewarta kegiatan kampung, untuk kemudian dicantumkan pada blog atau website resmi Dinas Kota Surabaya. Pada tulisan terbarunya, ia membahas kegiatan “Ketupatan” yang diadakan di kampung Kenjeran. “Tujuannya, untuk menonjolkan aktifnya warga Surabaya dalam berbagai kegiatan sehari-hari di lingkungan kampung. Dan ini diawali dari tulisan-tulisan singkat para wartawan kampung, salah satunya saya,” terang Tri dalam balutan hijab berwarna pink.
Sebagai guru yang sangat mencintai dunia pendidikan, Tri mengungkapkan bahwa ia senang dapat membantu belajar siswa melalui VPI. Menurutnya, video pembelajaran merupakan inovasi yang harus dikembangkan di era digital. Karena pada era digital, siswa cenderung lebih betah memelototi gadget daripada mendengarkan guru atau membaca buku. Ia juga berharap dengan bergabung bersama VPI, ia dapat bermanfaat bagi pendidikan Indonesia, meski dirinya telah tiada. “Semoga suara saya tetap bisa didengar, dan tetap bisa ‘mengajar’ meski saya sudah tidak bisa mengajar,” ujarnya.
Tri hanya salah satu dari sekian guru berpotensi yang menjadi penyampai materi pada VPI. Karna bagi tim Pendidikan.id, pengelola VPI, kredibilitas penyampai materi adalah hal mutlak yang harus terpenuhi. “Kredibilitas adalah soal kompetensi dan pengalaman mengajar seseorang. Kami ingin memberikan hanya yang terbaik bagi pendidikan Indonesia, bukan pengajar yang abal-abal,” jelas Ginting Satyana, Direktur Utama tim Pendidikan.id. Tidak hanya pada kredibilitas penyampai materi, Pendidikan.id juga terus memperhatikan dan membenahi aspek audio-visual pada VPI. Tentu saja, karena tampilan visual dan efek suara pada video sangat penting. Audio-visual yang menarik tidak membuat siswa cepat bosan, justru semakin bersemangat untuk belajar.
Ginting mengatakan, VPI telah selalu menerapkan unsur-unsur pokok untuk menghasilkan video yang baik pada VPI. Beberapa di antaranya adalah kecerahan cahaya, kejelasan suara, stabilisasi kamera, dan sudut pengambilan gambar. Bahkan, teknik pengambilan gambar untuk outdoor dan indoor berbeda, sesuai intensitas cahaya dan bentuk ruang. Setelah unsur-unsur pokok terpenuhi, kemudian ditambahkan teknik-teknik editing khusus seperti transisi, animasi dan gambar-gambar tambahan agar semakin menarik untuk ditonton. “Tim VPI rata-rata adalah generasi Y dan Z yang kreatif, inovatif dan akrab teknologi. Melalui skill shooting dan editing yang kuat, saya yakin dapat terus menghasilkan karya video pembelajaran yang terbaik bagi pendidikan Indonesia,” ujarnya. (wr/ed: Lia)