Sekolah kami masih berjuang untuk mendapatkan akses internet, bagaimana sekolah bisa digital?
Memang betul akses internet terus membaik tahun per tahun, namun nyatanya sampai dengan hari ini masih banyak sekali blank spot, lokasi dengan sinyal lemah, dan minim internet di Indonesia. Perusahaan telekomunikasi berpendapat sebenarnya hampir sudah semua daerah bisa terjangkau sinyal dan internet, namun sebaliknya jawaban dari banyak guru dan siswa mengatakan bahwa internet sulit sekali didapatkan dan bahkan sangat lambat.
Jangan lupa, internet juga tidak gratis di Indonesia, bahkan boleh dikatakan cukup mahal, buktinya Pemerintah Indonesia pada kuartal 3 tahun lalu harus melakukan subsidi internet kuota untuk pendidikan sebesar IDR, 7,21 triliun untuk PJJ (pembelajaran jarak jauh), dan tentu pulsa tersebut sudah habis terpakai dan mungkin sudah saatnya Pemerintah harus melakukan subsidi triliunan lagi. Ataukah ada model disruptif lain yang lebih efisien?
Subsidi internet kuota oleh pemerintah adalah hal yang mulia, namun apakah sumbangan itu efisien dan efektif bila sinyal internet masih sulit, lambat, dan lemah? Materi pembelajaran berkualitas yang gratis di internet juga sulit dicari, apalagi internet selalu penuh dengan iklan-iklan mengganggu dan menghabiskan waktu guru dan siswa. Tentu ada alternatif berbayar per siswa seperti bimbel (bimbingan belajar) online, tapi itu sangat mahal dengan tambahan biaya rata rata diatas IDR, 2,5 juta per siswa dan sangat memberatkan orangtua yang tidak mungkin dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Perbedaan ini bisa menciptakan negatif efek, yaitu gap pendidikan menjadi lebih lebar karena siswa dari keluarga yang mampu bisa membayar bimbel tersebut sementara siswa dari keluarga yang tidak mampu akan lebih tertinggal lagi pendidikan-nya, dan ini tidak sesuai dengan visi Pemerintah.
Pemerintah masih terus mencari model disruptif EduTech untuk Daerah yang masih minim internet atau daerah yang belum ada internet (blank spot).
Santoso Suratso / Ceo Kipin.id mengatakan “Dari pada setiap siswa dibawa ke internet untuk mendapatkan materi pembelajaran, maka lebih baik materi pembelajaran yang dibawa ke sekolah”. Oleh karena itu sekolah harus menyediakan fasilitas perpustakaan-digital sebagai langkah fundamental yang mendasar. Perpustakaan-digital ini harus sudah memiliki ribuan buku Kemendikbud, ribuan video sekolah, ribuan tryout latihan soal, dan ratusan literasi komik. Semua guru dan siswa dapat akses lokal dari perpustakaan digital tersebut tanpa kuatir internet kuota dan internet akses. Juga Alat bantu perpustakaan digital ini memiliki konten lengkap untuk semua tingkat artinya termasuk Paud, SD, SMP, SMA/SMK.
Karena masalah internet yang terus menghantui semua, oleh karena itu perpustakaan digital ini juga harus dapat berfungsi lokal tanpa tergantung akses internet agar memberikan keadilan kepada semua masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan secara gratis.
Karena puluhan ribu konten pada alat bantu perpustakaan digital tersebut dapat diunduh gratis untuk digunakan dirumah, maka diperlukan teknologi download-and-go agar siswa tidak memerlukan internet pada saat belajar dirumah, orangtua juga tidak bertambah beban biaya. Alat bantu perpustakaan digital ini dapat dibeli oleh sekolah karena regulasi Pemerintah sudah mengizinkan, namun bagusnya akses pemakaian alat bantu tersebut tidak dibatasi oleh jumlah siswa (bukan harus berbayar per siswa), dan seluruh siswa boleh akses gratis. Jelas model baru ini akan membuat perbedaan positif dan transformasi sekolah kuno menjadi modern digital mudah dan cepat terjadi tanpa perlu lagi menunggu tahunan untuk infrastruktur internet sampai tersedia, semua bebas dari ketergantungan internet akses dan masalah biaya mahal internet kuota.
INOVASI EDUTECH KIPIN CLASSROOM
“KIPIN Classroom merubah segalanya, ini adalah jawaban model disruptif yang dicari Pemerintah, karena Kipin mampu menjawab semua tantangan diatas, bahkan sudah lebih dari 450 sekolah di 34 provinsi menggunakan Kipin sebagai sarana infrastruktur digital sekolah dengan sukses.” kata Santoso.
Untuk menghadapi perubahan zaman sekarang ini, Pemerintah harus cepat, dan mulai memasang adalah alat bantu perpustakaan-digital seperti Kipin Classroom pada setiap sekolah. Ini keperluan mendasar untuk memulai digitalisasi sekolah tanpa tergantung dan menunggu internet yang tidak kunjung selesai.
Santoso menambahkan “Kipin Classroom adalah jembatan antara tradisional sekolah yang masih offline sekarang ini dengan sekolah masa depan yang akan menjadi online. Namun sekolah tidak boleh menunggu terus, sudah cukup banyak waktu terlewat dan penderitaan learning-loss anak sudah terlalu besar. Setiap sekolah harus memulai sekarang dengan meningkatkan digital literasi guru dan siswa sebagai persiapan untuk masa depan, bukan sebaliknya”.
Teknologi pendidikan sekolah digital tanpa internet sudah tersedia sekarang ini dengan Kipin Classroom.