Belajar di sekolah tidak harus formal. Siswa SMAN 21 Surabaya telah berhasil menepis anggapan bahwa belajar itu membosankan. Pada Rabu (23/01/2019), seluruh siswa kelas 12 SMAN 21 Surabaya melakukan latihan persiapan menjelang OSN 2019. Uniknya, latihan bersama ini tidak diadakan di kelas, melainkan di aula pertemuan dengan cara lesehan. Seluruh siswa terlihat mengutak-atik gadgetnya dengan santai, namun tetap serius. Ya, mereka berlatih melalui gadget!
SMAN 21 memanfaatkan PTO (Pendidikan Tryout Online) sebagai salah satu sarana pelaksanaan tugas, latihan atau ujian di sekolah. Sistem PTO menyediakan website khusus bagi sekolah/instansi untuk pelaksanaan ujian secara online. Sekolah tidak perlu lagi mencetak kertas ujian, dan siswa tidak perlu lagi membawa terlalu banyak peralatan menulis untuk ujian. Guru hanya perlu satu kali meng-input soal ke website. Setelah proses input selesai, siswa sudah bisa mengakses soal-soal tersebut melalui komputer, laptop atau bahkan smartphone. Hasil nilai ujian secara otomatis akan terakumulasi di akhir pengerjaan.
Budi Santoso, Guru Sains SMAN 21 Pembimbing OSN 2019 mengatakan bahwa latihan bersama persiapan OSN 2019 memang sengaja dilakukan secara lebih santai. Hal ini untuk mengurangi rasa tegang siswa menjelang pelaksanaan olimpiade OSN 2019 maupun UNBK 2019. Menurutnya belajar bukan soal formalitas, melainkan sejauh mana siswa menguasai materi. “Tidak harus berada di depan meja dengan alat tulis lengkap. Belajar pada zaman modern ini bisa lebih menyenangkan karena sudah ada dukungan teknologi,” jelasnya.
Di era digitalisasi, manusia memang seharusnya mampu memanfaatkan teknologi lebih banyak untuk meringankan pekerjaan. Penerapan teknologi dalam aspek pendidikan dapat menyederhanakan berbagai kendala yang menghambat, seperti kendala waktu, biaya dan tenaga. Contohnya dengan pemanfaatan PTO, waktu, biaya dan tenaga mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga perhitungan hasil ujian. Cara pelaksanaan ujian pun bisa dibuat lebih santai dan ringkas, karena tidak menggunakan banyak peralatan.
Menurut Budi, teknologi juga terlihat lebih menarik bagi siswa generasi milenial. “Generasi milenial sangat akrab dengan teknologi. Jangankan pelajaran, permainan pun mereka lebih tertarik pada game yang ada di dalam teknologi daripada peralatan permainan tradisional,” ungkap Budi. Itulah sebabnya, melibatkan teknologi dalam setiap proses pembelajaran menjadi sangat penting untuk dilakukan. “Kalau ada yang lebih menguntungkan dan menarik bagi siswa generasi milenial, mengapa tidak kita manfaatkan? Sudah saatnya bagi dunia pendidikan untuk mengikuti arus perkembangan teknologi,” tegasnya.