Selasa, Maret 19, 2024
spot_img
BerandaPendidikan IndonesiaPembekalan SDM Berkualitas Unggul Modal Utama Pembangunan Negara Maju

Pembekalan SDM Berkualitas Unggul Modal Utama Pembangunan Negara Maju

Banyak sekali yang harus dikejar bangsa Indonesia untuk mencapai predikat Negara Maju. Modal utamanya yaitu pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembangunan infrastruktur sebagai sarana pendukungnya. Ibarat orang hendak memancing, keahlian orang tersebut untuk memancing adalah kualitas SDM, sementara alat pancing merupakan infrastrukturnya. Orang perlu membuat alat pancingnya dulu sebelum dapat ia gunakan untuk belajar memancing terus menerus hingga menjadi ahli pancing. Begitu juga dengan pembangunan negara. Tidak ada pembangunan negara tanpa dimulai dengan pengadaan infrastruktur dan pembangunan kualitas SDM yang baik. Keduanya berkesinambungan, pengadaan infrastruktur terlebih dahulu yang kemudian dapat digunakan untuk mendukung pengembangan kualitas SDM.

Pengadaan infrastruktur telah sebagian dilaksanakan oleh Presiden Joko Widodo, kini Indonesia perlu untuk mulai fokus pada pembangunan kualitas SDM. Caranya yaitu dengan memperbaiki dan meningkatkan pendidikan, membentuk diri setiap pelajar hingga mampu menjadi aset SDM yang berkualitas bagi negara. Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan Indonesia mengungkapkan bahwa Indonesia tengah menyiapkan sistem pendidikan baru yang berfokus pada konsep “Tiga Peta Jalan” untuk mempersiapkan pembangunan SDM. Perubahan ini penanganannya bersifat multidimensional, hampir semua kementerian dan lembaga ikut terlibat. Tiga Peta Jalan Pendidikan Indonesia menurut Muhadjir Effendy itu adalah:

muhadjir effendy tiga peta jalan jawa pos
Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia tahun 2016 – sekarang (sumber gambar: id.wikipedia.org/wiki/Muhadjir_Effendy)

Pertama, pendidikan prasekolah atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Potensi insaniah anak baik jasmani maupun rohani harus disiapkan pada usia dini. Karena itu, pemerintah gencar mengampanyekan dan mengupayakan peningkatan kualitas pada pendidikan PAUD. Bekerjasama dengan Kementerian Desa dibangun ratusan ribu PAUD, dengan semboyan “Satu Desa Satu PAUD.” Penambahan PAUD dan guru-gurunya menumbuhkan harapan baru bahwa setiap anak bisa mendapatkan perhatian penuh dari guru, karena jumlah siswa di tiap sekolah tidak begitu banyak. Guru harus fokus menanamkan nilai-nilai agama dan budi pekerti yang baik, serta meletakkan dasar pembentukan karakter pada setiap siswa.

Kedua, pembentukan karakter terutama pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Ada lima karakter utama yang ditekankan dalam pembentukan karakter siswa. Karakter pertama yaitu keberagaman (religiusitas), termasuk di dalamnya sikap toleransi, saling menghargai pemeluk agama lain dan sebagainya. Kedua yaitu nasionalisme, di dalamnya termasuk rasa bangga dan cinta tanah air, semangat membela serta memajukan negara. Ketiga ialah integritas, termasuk sportivitas, kejujuran dan tekad yang kuat dalam menggapai cita-cita. Keempat, watak kemandirian. Dan kelima, jiwa gotong royong, mampu beradaptasi dan bekerjasama dengan siapa saja.

Ketiga, pembekalan keterampilan atau vokasi dan kecakapan hidup untuk pendidikan lanjutan (SMA, SMK dan kursus pendidikan nonformal). Setelah tahapan pembentukan karakter pada pendidikan dasar, diperlukan pembekalan keterampilan dan kecakapan hidup bagi siswa pendidikan lanjutan. Keterampilan dan kecakapan hidup (atau skill) ini sebagai modal siswa sebelum mereka terjun langsung ke dunia pekerjaan, atau diperdalam lagi pada jenjang pendidikan tinggi di tingkat universitas nantinya. Artinya sekolah jenjang SMA & SMK memiliki tanggung jawab yang lebih besar, tidak hanya mempertajam karakter siswa saja dan memberikan ilmu pengetahuan saja.

Namun pendidikan Indonesia agaknya masih bergumul dengan persoalan mismatch, Terutama bagi siswa SMK yang seharusnya dipersiapkan secara lebih matang untuk dunia kerja. Mengatasi masalah ini, pemerintah telah melakukan perombakan SMK dengan dasar Inpres nomor 9 tahun 2016. Perombakan ini dilakukan pada kurikulum SMK, dari yang sebelumnya berbasis penawaran menjadi berbasis permintaan. Dulu kurikulum ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah, sekarang 70% kurikulum ditentukan oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Strategi pembelajaran menggunakan sistem ganda, dengan sekitar 40% belajar di kelas dan selebihnya di DUDI. Begitu pula dengan guru-gurunya, sebagian harus berasal dari praktisi DUDI.

Disadur dari Koran JAWA POS Edisi Selasa 30/04/2019 Kolom OPINI wawancara wartawan Jawa pos Taufiqurrahman dengan Menteri Pendidikan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dengan pengembangan ide artikel oleh penulis Pendidikan.id Lia.

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments